1.
Pendahuluan
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal
merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Artinya, tidak ada
hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai (berwujud kata atau
leksem) dengan benda atau konsep yang ditandai (acuan dari kata atau leksem
tertentu). Berbicara tentang makna, tidak akan terlepas dari pembicaraan
tentang lambang dan acuan. Dalam kehidupan sehari- hari sering terjadi lambang
tetap namun acuan berbeda dan kadang pula maknanya tetap tapi lambangnya berubah.
Hal itu terjadi karena perubahan bahasa yang bersifat dinamis sesuai dengan
perkembangan kebutuhan manusia sebagai pemakai bahasa. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang adanya hubungan antara lambang dengan maknanya sangat
diperlukan dalam berkomunikasi.
Bahasa merupakan bagian dari
kebudayaan yang akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran
pemakai bahasa. Setiap bdrkomunikasi, seseorang membutuhkan kata atau kalimat
yang tepat agar tidak menimbulkan makna yang berbeda pada orang lain. Oleh
karena itu Pateda (2001:159), menyatakan pengguna bahasa akan mengubah makna
kata yang telah ada sesuai dengan apa yang dipikirkan, dirasakan dan apa yang
diinginkan dapat tertampung dalam penggunaan bahasa. Hal inilah yang menjadikan
sebab mengapa perubahan makna perlu untuk dibicarakan.
Makna sebuah kata/leksem secara
sinkronik tidak akan berubah, secara diakronik ada kemungkinan berubah.
Artinya, dalam jangka waktu terbatas makna sebuah kata tidak akan berubah,
tetapi dalam jangka waktu yang relatif tidak terbatas ada kemungkinan bisa
berubah. Namun, bukan berarti setiap kata akan berubah maknanya. Perubahan makna
diantaranya disebabkan oleh keunikan dalam suatu kasus maupun sebab lain yang
bisa diidentifikasi. Keunikan kasus ini hanya bisa dijelaskan dengan merekonstruksi
seluruh latar belakang sejarah dimana bahasa itu dikembangkan. Sebab lain yang
bisa diidentifikasi dapat bersifat kebahasaan, sosial, psikologis, pengaruh
asing dan kebutuhan akan makna baru.
2.
Sebab
– Sebab Perubahan Makna
a. Perkembangan
Dalam Ilmu dan Teknologi
Perkembangan
dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan makna sebuah kata (Chaer, 2002:132). Kata yang tadinya
mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan meskipun
konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan atau
teori baru dalam satu bidang ilmu tertentu. Sebagai akibat dari perkembangan
teknologi, kata berlayar yang pada
awalnya bermakna ‘perjalanan di laut (di air) dengan menggunakan perahu atau
kapal yang digerakkan dengan tenaga layar’ masih digunakan meskipun kapal-
kapal saat ini sudah tidak menggunakan layar, tetapi sudah menggunakan tenaga
mesin bahkan nuklir.
b. Perkembangan
Sosial dan Budaya
Perkembangan
dalam bidang sosial kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna.
Sebuah kata yang mulanya bermakna ‘A’ dapat bermakna ‘B’ ataupun ‘C’. Jadi,
bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna yang dikandungnya sudah berubah.
Kata Saudara dalam bahasa Sanskerta
bermakna ‘seperut’ atau ‘satu kandungan’. Saat ini, kata Saudara meskipun masih diartikan ‘orang yang lahir dari kandungan
yang sama’ tetapi digunakan juga untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang
dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama.
c. Perbedaan
Bidang Pemakaian (Akibat Perubahan Lingkungan)
Setiap
bidang kehidupan atau disiplin ilmu tertentu pasti memiliki kosa kata
tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang
tersebut. Kata yang menjadi kosa kata dalam bidang- bidang tertentu itu dalam
kehidupan dan pemakaian sehari- hari dapat terbantu dari bidangnya dan
digunakan dalam bidang lain atau menjadi kosa kata umum. Oleh karena itu, kata
tersebut menjadi mempunyai makna baru atau makna lain dismping makna aslinya.
Seperti kata menggarap dengan segala
macam derivasinya seperti pada frase menggarap
sawah, tanah garapan, yang berasal dari bidang pertanian, kini banayak
digunakan dalam bidang lain dengan makna ‘mengerjakan’ seperti pada frase mnggarap skripsi, menggara generasi muda dan
meggarap naskah drama. Kata yang
digunakan dalam bidang lain, akan memiliki makna lain yang tidak sama dengan
arti dalam bidang atau lingkungan aslinya. Jadi, makna kata yang digunakan
bukan dalam bidangnya dan makna kata yang digunakan di dalam bidang asalnya
masih berada dalam poliseminya karena makna-makna tersebut masih saling
berkaitan atau masih ada persamaan antara yang satu dengan makna lainnya.
d. Adanya
Asosiasi
Berbeda
dengan perubahan makna yang terjadi akibat penggunaan kata dalam bidang lain,
disini makna baru yang muncul adalah yang berkenaan dengan hal atau kata tersebut.
Asosiasi yakni hubungan antara makna asli, makna didalam lingkungan tempat
tumbuh semula kata yang bersangkutan dengan makna yang baru (makna di dalam
tempat kata itu dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa) dan antara makna
keduanya masih ada hubungan yang erat. Contohnya kata amplop yang berasal dari bidang administrasi bermakna ‘sampul
surat’. Ke dalam amplop itu selain
biasa dimasukkan surat tetapi bisa juga dimasukkan benda lain, misalnya uang.
Oleh karena itu, kata amplop bisa
bermakna Namun dalam hal lain, kata amplop bisa bermakna ‘uang sebagai
sogokan’. Asosiasi antara amplop dengan uang adalah berkenaan dengan wadahnya
yaitu amplop, sebagai ‘sampul surat’
dan amplop yang berisi uang sebagai
sogokan.
e. Pertukaran
Tanggapan Indra
Banyak
kasus pertukaran tanggapan indra yang satu dengan indra yang lain dalam
penggunaan bahasa sehari–hari. Alat indra yang sudah memiliki tugas tertentu
untuk menangkap gejala yang terjadi, banyak mengalami pertukaran dengan indra
lain. Misalnya kata pedas yang
ditangkap dengan indra perasa mengalami perubahan makna saat ditangkap oleh
indra pendengaran. Contohnya pada kalimat Dia suka makan makanan pedas dengan kata- katanya begitu pedas. Perubahan makna yang disebabkan
oleh pertukaran indra disebut sinestesi.
f. Perbedaan
tanggapan
Menurut
Chaer, perubahan pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam
masyarakat yang biasanya sejalan dengan perkembanagan budaya kemasyarakatan
memungkinkan terjadinya perubahan nilai rasa dari sebuah kata. Perubahan nilai
rasa itu bisa memiliki nilai rasa yang ‘rendah’, yang kemudian disebut peioratif dan perubahan nilai rasa yang
‘tinggi’ atau menyenangkan disebut amelioratif.
Kata gerombolan pada waktu dahulu
bermakna orang yang berkelompok atau orang yang berkerumun. Namun saat ini,
makna kata gerombolan menjurus pada
hal yang tidak menyenangkan, bahkan menakutkan karena dihubungkan dengan
gerombolan pengacau, perampok dan pencuri. Kata bisu dirasa kurang enak didengar sehingga digunakan kata tunawicara sebagai kata yang lebih
pantas untuk digunakan.
g. Adanya
Penyingkatan
Kata
atau ungkapan yang sering digunakan dalam sehari- hari terkadang tanpa
diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan, orang lain sudah mengerti
maksudnya. Maka dari itu, orang lebih banyak menggunakan singkatan saja
daripada menggunankan bentuk utuhnya. Contohnya, kata meninggal dalam kalimat ayahnya
meninggal tentu berarti meninggal dunia.
h. Pengembangan
Istilah
Salah
satu upaya pengembangan istilah adalah memanfaatkan kosa kata yang ada dengan
memberi makna baru. Misalnya kata teras
yang awalnya bermakna ‘inti kayu’ atau ‘saripati kayu’ kini diangkat menjadi
unsur pembentuk istilah untuk makna ‘utama’ atau ‘pimpinan’.
i.
Perubahan Makna Akibat
Gabungan Leksem Atau Kata
Terjadi
perubahan makna apabila menggabungkan atau memadukan leksem satu dengan leksem
yang lain. Contohnya pada kata surat,
apabila kata surat digabungkan dengan
kata lain maka maknanya akan berubah. Orang mengenal surat jalan, surat kaleng,
surat perjanjian dan surat sakit. Contoh lain yaitu kata sapu tangan, unjuk
rasa, serah terima, ketiga contoh tersebut apabila masing- masing leksem di
pisah akan menimbulkan makna yang berbeda.
3.
Jenis-
Jenis Perubahan Makna
1. Meluas
Gejala
yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki
sebuah ‘makna’, tetapi karena berbagai faktor menjadi memiliki makna lain.
Contohnya adalah kata kakak yang
bermakana ‘saudara sekandung yang lebih tua’ meluas maknanya menjadi ‘siapa
saja yang pantas dianggap atau disebut sebagai saudara kandung yang lebih tua’.
2. Menyempit
Gejala
yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya memiliki makna yang
cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja.
Contohnya adalah kata sarjana yang pada
awalnya berarti ‘orang pandai’ atau ‘orang yang lulus dari perguruan tinggi’.
3. Perubahan
total
Perubahan
makna kata secara menyeluruh. Artinya, perubahan maknanya sama sekali berbeda
dengan makna kata asalnya. Kalaupun ada sangkut pautnya dengan makna asal,
sangkut pautnya itu sudah jauh sekali. Contohnya, kata seni yang pada mulanya dihubungkakn dengan air seni atau kencing
tapi kini digunakan sepadan dengan makna kata Belanda kunst atau art, yaitu
untuk mengartikan karya atau ciptaan yang bernilai halus.
4. Penghalusan
(ufemia)
Pembicaraan
mengenai penghalusan berarti gejala ditampilkannya kata atau bentuk kata yang
berubah yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan daripada
yang digantikan. Tampaknya, kecendurungan untuk menghaluskan makna kata
merupakan gejala umum yang telah ada dalam masyarakat Indonesia. Contohnya kata
penjara atau bui diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya dianggap lebih
halus yaitu Lembaga pemasyarakatan.
5. Pengasaran
(disfemia)
Pengasaran
dilakukan untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan
kata yang maknanya kasar. Gejala pengasaran biasanya dilakukan oleh seseorang
dalam situasi yang tidak ramah atau menunjukkan kejengkelan. Misalnya kata mencaplok digunakan untuk mengganti mengambil begitu saja seperti dalam
kalimat Dengan seenaknya Israel mencaplok
wilayah Mesir itu. Namun, ada juga kata yang sebenarnya bernilai kasar
tetapi sengaja digunakan untuk lebih memberi tekanan tetapi tanpa terasa
kekasarannya. Misalnya pada kata menggondol
pada kalimat Anjing menggondol tulang, digunakan
pula pada kalimat Akhirnya regu bulu
tangkis kita berhasil menggondol pulang piala Thomas Cup itu.
4.
Makna
Asosiasi dan makna Sinestesia
Asosiasi (hubungan antara makna asli
suatu kata di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang bersangkutan
dengan makna yang baru; yakni makna di dalam lingkungan tempat kata itu dipindahkan
ke dalam pemakaian bahasa (yang sering bermakna kias). Contohnya jika seorang guru
di Jakarta menyebutkan akan ke Senayan, maksudnya adalah ke Kantor Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan karena kantor tersebut terkletak di Senayan.
Sinestesia (makna yang muncul akibat
penggabungan atau pertukaran indra yang berlainan). Contohnya kata enak dan sedap pada kalimat “kata- katanya enak didengar” dan “warna bajunya sedap dipandang”, makna kata enak
dan sedap tidak berhubungan lagi
dengan indra perasa, tetapi maknanya berhubungan dengan indra pendengaran dan
indra penglihatan.
5.
Generalisasi
dan Spesialisasi
Perluasan makna (generalisasi) terjadi
akibat perkembangan sosial dan budaya dalam masyarakat. Contohnya kata tempa yang dihubungkan dengan pekerjaan
menempa besi yang menjadi perkakas akan bermakna lain jika berada dalam urutan
kata menempa generasi muda, maknanya
lebih mengacu pada usaha memberikan pengetahuan dan pengalaman agar nantinya
menjadi pribadi yang tangguh menghadapi kejamnya hidup.
Penyempitan makna (spesialisasi) juga
terjadi akibat perkembangan sosial dan budaya dalam masyarakat. Misalnya kata ahli yang bermakna anggota keluarga,
orang yang termasuk di dalam satu golongan atau keluarga, kini maknanya lebih terbatas pada bidang
(disiplin ilmu) tertentu.
6.
Amelorasi
dan Peiorasi
Ameliorasi (perubahan makna kata baru
yang terasa lebih baik atau menyenangkan) dan peiorasi (perubahan makna kata baru
yang terasa lebih rendah atau kurang menyenangkan) terjadi akibat perbedaan
tanggapan pemakai bahasa. Contoh ameliorasi yakni pada kata juara yang dulu bermakna penyabungan
Ayam (perbuatan yang tidak menyenangkan) kini bermakna menduduki peringkat,
baik dalam perlombaan atau pertandingan (maknanya menyenangkan). Contoh
peiorasi yakni pada urutan kata kaki
tangan yang dahulu bermakna anggota badan yakni kaki dan tangan (menyenangkan)
saat ini bermakna orang yang berperan aktif membantu musuh pada urutan kata kaki tangan Belanda.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul.
2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.
Jakarta; Rineka Cipta
Pateda, Mansoer.
2001. Semantik Leksikal. Jakarta;
Rineka Cipta
Tarigan,
Henry Guntur. 1993. Pengajaran Semantik.
Bandung; Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar